Foto bersama saat pelepasan penyu. Ist |
PADANG-Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sumbar mendukung penuh Gerakan Nasional Bulan Cinta Laut 2024, program yang diinisiasi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Ini guna menciptakan ekosistem kelautan dan perikanan yang bersih dan lestari.
"Gerakan Nasional Bulan Cinta Laut menitikberatkan pada penumbuhan kesadaran semua pihak yang kemudian diwujudkan dalam aksi bersama pembersihan laut. Tentunya dalam rangka meningkatkan kualitas serta menjaga keseimbangan ekosistem lautan," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar Reti Wafda saat Gerakan Nasional Bulan Cinta Laut 2024 di kawasan Pantai Air Manis Kota Padang, Kamis (11/7/2024).
Ia mengatakan dalam pelaksanaan Gerakan Nasional Bulan Cinta Laut ini, Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar secara bersama-sama dengan Dinas Perikanan dan Pangan Kota Padang. "Kita tentu melaksanakannya. Berkoordinasi dan bagaimana langkah-langkahnya itu sudah kita rapatkan dulu. Kita susun strategi bersama-sama dengan pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan. Itu kita adakan rapat di provinsi. Setelah dibagi, ada pembagian tugas juga. Seperti apa langkah-langkah untuk percepatan," ucapnya didampingi Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar Resi Suriati.
Tidak hanya melibatkan lingkup pemerintahan saja. Sebut Reti, pihaknya juga melibatkan BUMN maupun BUMD yang ada di Sumbar. Minimal mereka juga memberikan perhatian pada para nelayan serta turut serta memerangi sampah laut.
Baca juga: Optimalkan Fungsi Satkamling, RT/RW, Kecamatan Lubeg Tekan Potensi Tawuran
"Jadi kegiatan ini merupakan kegiatan bersama-sama. Bukan hanya BPSPL saja, tapi juga dari provinsi. Jadi kita anggarkanlah secara bersama-sama. Ini bagian mananya, kami konsumsi bagaimananya," ungkap Reti.
Ia mengatakan pada hari ini (11/7/2024), penutupan Gerakan Nasional Bulan Cinta Laut. Tapi rangkaian kegiatan-kegiatan sebelumnya telah dimulai sejak Mei lalu. Dimana melibatkan para nelayan-nelayan dalam pengumpulan sampah laut.
"Kepada nelayan yang terlibat, tentu saja kami memberikan apresiasi karena telah peduli terhadap pengurangan sampah laut. Apresiasi itu baik dari Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar atau pun dari corporate social responsibility (CSR) mitra yang mendukung Gerakan Nasional Bulan Cinta Laut ini," tuturnya.
Tidak hanya itu saja, sebut Reti, seluruh ASN maupun non-ASN mengikuti aksi bersih Pantai Air Manis saat penutupan Gerakan Nasional BCL ini. "Ini menunjukkan sebuah gerakan bersama atas memerangi sampah laut," ucap Reti.
Baca juga: Pj Wako Padang: Pelajar akan Disanksi jika Kedapatan Tawuran
Reti berharap dengan keterlibatan seluruh pihak atas Gerakan Nasional Bulan Cinta Laut ini, perhatian terhadap sampah di laut itu benar-benar terwujud. "Alhamdulillah pada tahun lalu Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah mendapatkan penghargaan Gubernur Penggerak Pengelolaan Sampah Laut dari Kementerian Kelautan dan Perikanan," ungkapnya.
Penghargaan yang diterima Gubernur itu, sebut Reti, sebagai bentuk pengakuan atas kerja sama yang bagus antara Provinsi Sumbar, Kota Padang dan Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam menyukseskan Gerakan Nasional Bulan Cinta Laut. "Tak hanya Gubernur, nelayan Abadi (KUB Nelayan Sakato) juga meraih penghargaan sebagai Nelayan Terinspiratif dan Bank Sampah Pancadaya sebagai Bank Sampah Pengelolaan Sampah Laut," ungkap Reti.
Pelepasliaran Penyu Hijau
Dalam rangkaian Gerakan Nasional Bulan Cinta Laut itu, Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar melepas-liarkan 100 ekor penyu hijau di Pantai Air Manis. Pelepasliaran penyu hijau tersebut dilakukan secara bersama-sama oleh Sekprov Sumbar Hansastri, Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan RI Muhammad Yusuf, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar Reti Wafda, Kepala BPSPL Padang Fajar Kurniawan.
Baca juga: Perangkat Kelurahan se Kecamatan Lubeg Terima Dana Insentif Operasional
"Kita kan ada UPTD Konservasi dan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan. Melalui UPTD ini, bagaimana kita bisa melestarikan penyu. Jadi penyu yang bertelur kita tetaskan. Nanti kita lepas liarkan secara bersama-sama. Itu kita jaga dan jangan sampai telur penyu tersebut diperjual belikan," tutur Reti.
Penyu, tutur Reti, memiliki karakteristik siklus hidup yang sangat panjang dan unik sehingga untuk mencapai kondisi lestari membutuhkan waktu cukup lama. Bila tidak benar-benar dijaga, pada masa depan penyu bisa menjadi tinggal cerita.
"Bayangkan untuk bertelur itu minimal umurnya 20 tahun," ungkap Reti.
Ia mengatakan pelepasliaran penyu hijau ini bentuk komitmen Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar dalam melakukan upaya perlindungan dan pelestarian penyu di habitat alaminya. "Diharapkan melalui kegiatan pelepasliaran penyu hijau ini dapat menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan penyu," tukasnya. (*)
0 Comments