PADANG- Rasio pengguna internet setiap tahun di Indonesia terus naik. Pada tahun 2022 lalu, pengguna internet dalam negeri pun meningkat seiring perubahan kebiasaan masyarakat beraktivitas.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Provinsi Sumbar, Gemala Ranti mengungkapkan, jumlah penduduk Indonesia yang telah terkoneksi dengan internet pada kurun 2021-2022 mencapai 210 juta orang.
Padahal, sebelum pandemi Covid-19, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 175 juta orang. Dengan kata lain, selama wabah merebak, jumlah masyarakat mengakses internet diperkirakan bertambah 35 juta orang. Laporan APJII menunjukkan tingkat penetrasi internet pada periode sama mencapai 77,02 persen.
Sementara, berdasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA), anak korban kekerasan seksual di Sumbar tahun 2022 adalah, 344 anak (kekerasan seksual kasus paling banyak) diikuti kekerasan fisik (125 korban), kekerasan psikis (103 korban) eksploitasi (4 korban), trafficking (2 korban) , penelantaran (31 korban) lainnya (53 korban). Rata-rata korban kekerasan tersebut disebabkan penggunaan internet yang tidak benar. Seperti pengaruh menonton vidio porno yang dilihat lewat gadget.
Menghadapi kenyataan tersebut, Dinas P3AP2KB Sumbar menilai pentingnya menyuarakan literasi digital kepada masyarakat. Khususnya orang tua dan guru, dalam upaya melindungi keselamatan anak di ranah daring.
“Hal ini penting dilakukan. Ada banyak anak yang telah memanfaatkan teknologi pada aktivitas sehari-hari mereka,” ungkap Gemala saat Bimbingan Teknis (Bimtek) CERIA (Cerdas, Empati, Ramah, Inovatif dan Aman), Senin (6/3) di Rocky Hotel Padang.
Gemala menambahkan, tanggung jawab perlindungan anak dan tantangan orang tua di era digital sangat berat. Dengan kemudahan akses internet pada anak, bebas terkoneksi tanpa sekat batas dan aturan, anak lebih pintar dari orang tuanya, user-generated content, informasi di internet bisa datang dari mana saja dan dari siapa saja. Anak ingin merasakan kebebasan yang lebih besar namun anak belum memahami risiko saat menjelajahi dunia digital.
Di era perkembangan teknologi yang begitu masif, perlu inovasi dan kreativitas dalam menyikapi permasalahan ini, anak-anak harus dilindungi. Dengan kolaborasi berbagai elemen diharapkan anak-anak semakin smart berinternet dan terlindung dari ancaman dampak negatif dunia digital.
Perlu peningkatan SDM, baik orang tua, komunitas dan masyarakat. Terutama para guru, agar dapat mengetahui bentuk kekerasan anak melalui media daring dan dapat melindungi mereka dari bahaya eksploitasi seksual dan kekerasan lainnya di dunia digital.
Pemerintahan Provinsi (Pemprov) Sumbar tambah Gemala, melalui Dinas P3AP2KB Sumbar telah memulai langkah kreatif membuat inovasi melalui hadirnya Website Internet Ceria. Website ini sudah lebih satu tahun dikembangkan.
Sekarang Website Internet Ceria ini sudah bisa dimanfaatkan. Hanya saja masih belum tersosialisasi dengan baik. “Kita berharap dengan kegiatan ini, Website Internet Ceria ini semakin berkembang dan diminati,” harapnya.
Internet Ceria lahir menjawab kesulitan orang tua dan guru di sekolah yang bingung dan kewalahan dengan tumbuh kembang dan perilaku anak. “Kita berupaya memberdayakan semua elemen masyarakat. Sehingga mampu berupaya berikan perlindungan anak di dunia digital. Kita menyadari tidak ada daerah yang bebas dari isu kejahatan terhadap anak baik pornografi dan prostitusi di ranah daring, maupun cybercrime,” terangnya.
“Peran pentahelix (lima elemen: pemerintah, akademisi, dunia usaha, komunitas masyarakat dan media massa) dalam pencegahan kekerasan terhadap anak di era digital ini sudah saatnya kita giatkan kembali, menjadi solusi menurunkan kasus kekerasan termasuk kekerasan seksual di era digital, perlu penguatan peran keluarga. penguatan peran masyarakat, pemerintah, dunia usaha, dan media massa dalam upaya tersebut,” tambahnya.
Gemala juga meminta seluruh peserta yang mengikuti bimtek ini untuk dapat menyampaikan ilmu yang didapatkan kepada orangtua lain dan berperan aktif di Website Internet Ceria nantinya.
Kabid Perlindungan Hak Perempuan dan Anak DP3AP2KB Provinsi Sumbar Rosmadeli mengatakan, Bimtek CERIA tujuannya, meningkatkan SDM dan kapasitas peserta bimtek, agar memiliki pengetahuan pengasuhan, pendidikan dan pengawasan terhadap anak dalam menggunakan internet.
Tujuan lainnya, meningkatkan peran guru dan orang tua melindungi anak dari kejahatan seksual di dunia digital. Membangun perspektif kolaborasi melalui upaya kreatif dan inovatif memerangi kejahatan seksual di dunia digital dengan kolaborasi pentahelix. Serta membuat internet lebih ramah dan aman bagi anak. Tujuan berikutnya, melanjutkan kerjasama dalam mendorong penggunaan website Internet Ceria untuk lebih masif dan produktif.
Hasil yang diharapkan, guru dan orang tua mampu berperan mengawasi dan mengontrol anak bertualang di internet dengan aman. Anak lebih smart memanfaatkan smartphone, terlindung dari ancaman bahaya negatif internet. Kasus kekerasan terhadap anak di dunia digital dapat dikurangi dan dicegah. Website Internet Ceria sukses dan banyak pengunjung.
Kegiatan Bimtek Internet Sahabat Anak (Internet Ceria) sebanyak dua angkatan. Masing-masing angkatan jumlah pesertanya 50 orang. Angkatan I, Senin-Rabu, (6-8/3). Peserta dari Dinas Kominfo, Guru TK Non PNS se Kota Padang dan Forum Anak Kota Padang. Angkatan II, Kamis-Sabtu, (9-11/3). Peserta berasal dari unsur Guru BK SD Kota Padang, Guru BK SMP Kota Padang dan Guru BK SMA Kota Padang.SR
0 Comments