Habdul Razak, didampingi sang nenek di kampung halamanya Pilubang Ketaping, Padang Pariaman. Ist |
PADANG-Sepintas Habdul Razak terlihat seperti orang normal. Namun dibalik semua itu ada beban yang dia derita sejak dua tahun belakang. Habdul Razak, 25 tahun, mengalami kecelakaan tunggal di Bypass Padang Pariaman pada 2021 lalu. Akibat kecelakaan itu rahangnya patah hingga harus dipasang besi dalam mulut.
Pasca kecelakaan dia langsung dibawa ke rumah sakit oleh warga. Dalam kondisi berlumur darah petugas kesehatan berupaya memberikan pertolongan."Saat ditanya petugas anak saya statusnya umum atau BPJS Kesehatan. Dijawab kakaknya yang ada di RS tak ada BPJS Kesehatan. Karena memang belum terdaftar sebagai peserta ketika itu," kata Risnawati, 53 tahun, melalui telepon genggamnya, belum lama ini.
Risnawati, sejak beberapa tahun belakang merantau ke tanah seberang, bekerja sebagai tukang masak di sebuah rumah makan. Tak kuasa hatinya ketika mendapat kabar anaknya kecelakaan di kampung. Lantas dia meminta kakak Habdul Razaq untuk tidak memperdulikan soal biaya rumah sakit.
"Yang penting adik mu selamat. Kalau memang harus dioperasi, operasi saja. Nanti ibu pinjam uang orang. Biarlah ibu berhutang dari pada harus kehilangan adik mu," ujar Risnawati menirukan kalimat yang pernah dia sampaikan kepada anaknya saat kecelakaan menimpa Habdul Razak.
Lalu operasipun berlangsung di RSUP M. Djamil Padang. Operasi yang dilakukan untuk pemasangan besi sepanjang gusi kiri hingga ke kanan. Besi itu berfungsi memperbaiki kelainan posisi rahang dan gigi.
Biaya operasi ketika itu mencapai Rp35 juta. Uang itu didapat dari pinjaman orang-orang sekitarnya.
"Harusnya operasi kedua dilakukan satu bulan pasca operasi pertama. Tapi karena tak ada biaya, hingga kini Habdul Razak belum, juga menjalani operasi pada mulutnya. Selama itu dia terus merasakan sakit dimulut hingga menggangu aktivitas sehari-hari. Dia tak bisa bekerja karena sakitnya itu," terang perempuan lima anak itu.
Pasca operasi, suatu hari Habdul Razak pernah didaftarkan sebagai peserta BPJS Kesehatan atau JKN KIS di kampungnya Pilubang Kecamatan Batang Anai Padang Pariaman. Namun karena biaya hidup tinggi, iurannya menunggak. Kondisi itu menjadi penghalang bagi anak kedua lima saudara tersebut, untuk menjalani operasi kedua.
"Iya iuran anak saya nunggak. Saya rencana bakal pulang dalam waktu dekat. Rencana mau mencari pinjaman lagi, biar Habdul bisa segera operasi," terang istri dari almarhum Buyung Ngenek Anton, yang meninggal dunia pada 2014.
Risna berharap, uluran tangan dari para dermawan untuk membayar tunggakan iuran JKN KISnya. Sehingga anaknya bisa segera operasi dan terlepas dari rasa sakit yang membelenggu sejak dua tahun belakang. YL
0 Comments