Tim medis RSUP M. Djamil Padang melakukan persiapan operasi cesar pada salah seorang pasien. Pigura.id |
PADANG-Pandemi Covid-19 memberi pengalaman berharga bagi semua orang. Terkhusus tim kesehatan dan lebih khusus lagi bagi dokter spesialis. Salah satunya spesialis kandungan. Mereka harus mempersiapkan nyali besar dalam melayani pasien melahirkan. Apakah pasien positif atau pun tidak. Pasien wajib diselamatkan.
Dr. Bobby Indra Utama, Sp. OG (K) berbagi pengalaman dalam melayani ibu melahirkan yang terkonfirmasi positif. Tak ditapiknya diawal pandemi, rasa was-was terpapar covid menghantui diri. Ketika kondisi drop, badan lelah dan sedikit terasa panas, pikirannya sama seperti masyarakat kebanyakan. "Jangan-jangan saya positif Covid-19," kata Bobby mengulang kalimat yang dipendamnya pada jurnalis media ini.
Sebagai antisipasi, dia pun menjalani tes swab hasilnya negatif. Rasa was-was tersebut pun perlahan mulai memudar dalam berjalannya waktu.
Dibenaknya terpatri, bagaimana menyelamatkan pasien dan melindungi diri sendiri serta rekan sejawat agar tak terpapar virus menular tersebut.
"Sudah banyak ibu melahirkan yang positif Covid-19 kami bantu proses persalinannya. Baik yang normal atau pun cesar," kata Dr. Bobby, Kamis (17/12).
Disebutkannya, berdasarkan peraturan gubernur setiap ibu akan melahirkan wajib menjalani tes swab satu minggu sebelum jadwal melahirkan tiba. Hasil swab akan disampaikan ke rumah sakit tempat mereka melahirkan. Tim medis pun mempersiapkan segala perlengkapan sebagai antisipasi penularan. Mulai dari baju hazmat, kacamata google, sarung tangan dan lainnya, agar petugas siap dan tidak tertular dari pasien positif.
"Panas dan sesak sudah pasti dengan baju pelindung berlapis-lapis. Ini tantangan bagi kami tim medis. Sebab untuk pasien positif harus ditangani di ruangan bertekanan negatif. Tujuannya agar udara bisa keluar masuk untuk mengurangi penularan virus dari pasien ke tim medis. Di ruangan bertekanan negatif itu panas, sangat panas, karena tidak ber AC. Ditambah lagi kami wajib memakai APD level tiga," kata Bobby, berbagi.
Diawal pandemi, Bobby melayani ibu melahirkan yang dirujuk dari sejumlah rumah sakit yang dokternya takut melayani pasien positif Covid-19. Tim medis di tempat dia praktik pun mempersiapkan diri dengan memakai APD level 3. Pasien menggunakan masker dan diperiksa dibilik pelindung untuk membiusnya. Tim medis diminta seminimalnya berinteraksi langsung dengan pasien.
Setelah proses bersalin dilakukan, ibu dan anak dipisah. Jika ibu yang mau memberi ASI maka akan dipandu memerah ASInya. Sebab sangat berisiko jika anak mendapat ASI langsung dari sang ibu. Bagi yang tidakmau memberi ASI karena takut menularkan virus ke bayinya disarankan memberi susu pengganti.
"Setelah operasi selesai, kami tim medis keluar dari ruang operasi di pintu yang berbeda. Baju Hazmat dibuka dengan hati-hati kemudian dimasukan dalam tong sampah yang sudah tersedia. Kemudian kami disemprot pakai cairan disinfektan. Lalu baju operasi disimpan untuk dicuci. Setelah itu kami mandi dan memakai baju baru yang steril," terang Bobby.
Di RSUP M. Djamil sendiri, pasien positif yang akan melahirkan menjalani operasi cesar. Itu dilakukan sebagai upaya penyelamatan bayi agar tidak terpapar Covid-19.
Selama wabah berlangsung, Bobby selalu pulang ke rumah tanpa harus menjalani karantina. Namun protap ketat harus dijalaninya demi menjaga, kalau-kalau dia membawa virus pulang.
Sebelum masuk rumah dia harus steril. Baju yang dipakai saat dinas langsung dicuci di tempat khusus yang sudah disediakan istrinya. Kemudian Bobby mencuci tangan, mandi dan memakai baju baru. Setelah itu baru dia masuk rumah.
"Sejauh ini saya sudah beberapa kali menjalani swab. Alhamdulillah sampai sekarang saya masih aman. Semua atas pertolongan Allah," sebutnya.
Agar tak tertular dan menulari keluarga di rumah, Bobby pun menjalani protokol kesehatan ketat. Mulai dari memakai masker secara ketar, cuci tangan setiap kali usai beraktivitas, jaga jarak dan meningkatkan imunitas tubuh dengan mengkonsumsi asupan gizi tinggi. Sebab Bobby punya penyakit bawaan.
Selama wabah melanda, banyak pengalaman yang dijalani suami dari dr.Ida rahmah burhan,MARS. Selama itu dia menjadi saksi dan bagian dari ibu melahirkan yang positif Covid-19. Beragam model dan tingkah tim medis di rumah sakit. Ada yang begitu takut akan tertular, ada pula yang begitu cuek dengan kondisi yang dijalani.
"Petugas yang takut tertular sampai-sampai tak mau melayani pasien. Akhirnya tugas mereka diambil alih oleh petugas yang berani melayani," bebernya.
Pernah suatu hari, kata Bobby, ada seorang petugas kesehatan yang terpapar covid, tertular dari pasien yang positif. Beruntung petugas lainnya tidak terpapar, padahal sama-sama satu ruangan melayani pasien positif tersebut.
Sudah hampir 10 bulan wabah Covid-19 berlalu. Selama itu dia dan petugas kesehatan lainnya terus berjuang membantu persalninan pasien positif agar terlayani sesuai ketentuan. Terutama bagi ibu hamil yang menunggu kehadiran jantung hati mereka di tengah wabah corona yang mendunia.
Ayah empat anak itu berharap wabah Corona segera berlalu dan mengajak masyarakat untuk terus menerapkan protokol kesehatan. Mulai memakai masker, mencuci tangan, jaga jarak dan mandi seusai kembali beraktivitas di luar rumah. YL
0 Comments